Skip to main content

Apabila Al-Azhar Haramkan FaceBook : Mana Perginya Para Pembenci Ibn Taimiyyah?


Apabila Al-Azhar Mengharamkan FaceBook
Mana Perginya Para Pembenci Ibn Taimiyyah?



Apabila Ulama-ulama di Pusat Fatwa Al-Azhar memfatwakan bahawa Ibn Taimiyyah dan Wahabi adalah sesat, maka berduyun-duyunlah para penyokong Ustaz Zamihan menyebarluaskan fatwa tersebut di blog masing-masing. Sedang, dalam soal Tauhid 3 serangkai yang dipelopori oleh Ibn Taimiyyah dan diteruskan oleh Muhammad bin Wahhab sama sekali tidak terpesong daripada ajaran Islam yang sebenarnya - ia adalah salah satu metodologi dalam usaha mengenali Allah selain daripada kaedah Ash'ariyyah sifat 20. Bahkan, Syeikh Yusuf al-Qardhawi turut merujuk dan menggunkan kaedah tersebut dalam tulisan-tulisan beliau. Malah, beliau juga pernah dituduh sebagai Wahabi.


Tidak cukup dengan itu, Yusuf Qardhawi dalam satu tulisannya dengan jelas mendakwa, salah seorang ulama yang paling hampir dan dekat di hati dan pemikirannya ialah Ibn Taimiyyah! Nah, sekarang perhatikan, jika Yusuf Qardawi sendiri pun tidak sanggup untuk mengkafirkan pegangan akidah Ibn Taimiyyah, maka apatah lagi dengan kita. Dan sekarang, terdapat pihak yang tidak bertanggungjawab berserta dengan segala keegoaan dan kejahilan mereka, dengan begitu mudah segera menyebarluaskan fatwa dari Pusat Fatwa Al-Azhar tersebut tanpa berfikir panjang dan menyelidik terlebih dahulu, budaya bertaklid buta dan ikut-ikutan masih kuat dalam amalan seharian kita semua.


Pada masa yang sama - anehnya, golongan yang beria-ria menyebarluaskan fatwa tersebut tidak pula mahu mengikut dan tunduk dengan satu lagi fatwa yang dikeluarkan oleh Al-Azhar yang mengharamkan penggunaan FaceBook! Dalam isu Wahabi dan Ibn Taimiyyah cukup pantas mereka menyeru umat Islam agar ikutlah fatwa yang telah dikeluarkan oleh Institusi Islam terkenal ini dan janganlah sekakli-kali kita melawan atau menentang - jika Al-Azhar sudah menghukum Wahabi dan Ibn Taimyyah sesat, kita terimalah, jangan dibantah lagi, sebaliknya apabila Al-Azhar mengeluarkan fatwa bahawa FaceBook haram - golongan ini diam membisu seribu bahasa! Mana perginya Zamihan dan para penyokongnya? Mengapa tidak digunapakai segera fatwa pengharam FaceBook ini dan diuar-uarkan kepada orang ramai melalui blog tuan sekalian? Atau tuan-tuan sememangnya suka mengambil fatwa mengikut selera dan nafsu semata-mata? Mana-mana fatwa yang condong dan selari dengan pemikiran tuan-tuan, maka fatwa tersebut segera diuar-uarkan di blog tuan sekalian, sebaliknya jika fatwa tersebut dirasakan tidak mengguntungkan tuan-tuan, maka tinggalakan sahaja fatwa tersebut.


Apakah maknanya semua ini? Apakah kita harus percaya dan menyakini bloggers yang bersifat seperti ini? Saya sangat sedih melihat ini semua - rupa-rupanya kita masih suka mengikut nafsu daripada mencari hakikat kebenaran. Semoga sama-sama kita dilindungi Allah hendaknya. Wallahualam.

Jakarta (voa-islam.com) – Setelah komisi fatwa mesir mengeluarkan fatwa haram pada Facebook dengan alasan ada korelasi dengan perselingkuhan serta perceraian. Kini MUI Indonesia akan mempelajari facebook dalam pandangan Islam.

Ketua Komisi Fatwa Universitas Al-Azhar Kairo Mesir Sheikh Abdel Hamid al-Atras Jumat (05/02) mengeluarkan fatwa haram terhadap Facebook. Jejaring sosial itu dituding memiliki korelasi dengan tingkat perceraian dan perselingkuhan di negara itu.

“Statistik menunjukkan bahwa tingkat rata-rata perceraian meningkat sejak hadirnya Facebook dan perselingkuhan semakin marak,” ujar Sheikh Abdel Hamid al-Atras.

...Statistik menunjukkan bahwa tingkat rata-rata perceraian meningkat sejak hadirnya Facebook dan perselingkuhan semakin marak,” ujar Sheikh Abdel Hamid al-Atras...

“Ini adalah instrumen yang menghancurkan nilai-nilai sendi keluarga karena mendorong masing-masing pasangan untuk memiliki hubungan dengan orang lain yang mana akan meretakkan hukum syariah Islam,” tambah al-Atrash.

Lalu bagaimana ulama Indonesia memandang keluarnya fatwa itu? Ketua MUI Pusat KH Khalil Ridwan menyatakan Facebook belum dinyatakan haram, namun tetap diawasi fungsi dan keberadaannya di masyarakat.

“MUI Pusat sebagai lembaga harus melalui komisi fatwa bila ingin memutuskan sebuah fatwa haram terhadap Facebook,” ujarnya di Jakarta, kemarin. Ia menjelaskan, sesuatu yang tidak ada di zaman Rasulullah SAW semacam Facebook bisa menjadi haram dengan melihat dari maslahat dan mudharatnya.

...Sheikh Abdel Hamid al-Atras mungkin melihat di Mesir banyak mudharat ketimbang maslahat yang didapatkan dari Facebook sehingga diharamkan. Saya pribadi belum melihat lebih banyak mudharat ketimbang maslahatnya di Facebook yang digunakan di Indonesia,” kata KH. Cholil...

“Sheikh Abdel Hamid al-Atras mungkin melihat di Mesir banyak mudharat ketimbang maslahat yang didapatkan dari Facebook sehingga diharamkan. Saya pribadi belum melihat lebih banyak mudharat ketimbang maslahatnya di Facebook yang digunakan di Indonesia,” katanya.

KH Cholil Ridwan menilai masih banyak maslahat yang diperoleh dari adanya Facebook seperti mencari teman dan komunikasi bahkan dukungan terhadap Bibit-Chandra maupun Prita Mulyasari.

Fatwa haram Facebook di Mesir itu mengikuti publikasi awal pekan lalu tentang studi yang mendapati satu dari lima perceraian di Mesir terjadi diakibatkan hubungan komunikasi di Facebook atau situs jejaring sosial lainnya. “Seperti halnya televisi satelit, situs jejaring sosial adalah pedang bermata pisau ganda,” tandas al-Atrash.

“Sementara Facebook mengizinkan penyebaran Islam, tetapi juga memberikan kemampuan kepada orang untuk menjalani hubungan cinta yang terlarang. Inilah alasan siapapun yang menggunakan situs semacam itu dipertimbangkan sebagai pendosa,” tambah al-Atrash.

KH Cholil Ridwan mengatakan terkait fatwa haram Facebook di Mesir akan segera ditindaklanjuti oleh MUI Indonesia untuk dipelajari dan dibahas.

“Artinya tergantung siapa yang memanfaatkan Facebook sebagai alat bantu, apakah untuk kejahatan atau kebaikan. Facebooknya sendiri tidak bersalah. Tetapi saya akan coba menyampaikan kabar di Mesir ini kepada majelis fatwa MUI untuk bisa dibahas lebih lanjut,” tandas Cholil. [Ibnudzar/inilah]

Comments

PKMPL said…
Saudara memang pencinta ilmu. Seronok membaca blog saudara.
azlishukri said…
terima kasih tuan PKMPL
HomeBiss said…
Salam..

With all due respect, you should do more homework before writing something.

Take note that the so called Fatwa made against Facebook was purportedly made by Sheikh Abd Al-Hamid Al-Atrash, former head of the Fatwa Council at Al-Azhar.

The news about the so called Fatwa was first reported by a Qatari newspaper but a few days after it's publication, Sheikh Abd Al-Hamid Al-Atrash came forward and deny the issuance of such Fatwa. Al-Azhar's Fatwa Committee also came forward and they also have denied the existence of such Fatwa.

Are we clear, brother?
hahaha bila cendiakawan islam saling bertelagah, yang rugi umat islam itu sendiri.

bagus bagus bergaduh ler lagi.
hoqni said…
Salam HomeBiss,

Alhamdulillah that you were able to point out that there was no such fatwa issued.
azlishukri said…
homeBiss...jika ia bukan fatwa tidak perlu rasanya ia dikeluarkan daripada mulut seorang ulama..namun begitu ia tetap menjadi polimek..apabila yg berkata itu ialah bekas pengerusi majlis fatwa al-Azhar, maka hujahnya diterima, saya tahu bahawa ia bukanlah dalam bentuk konsensus..tetapi apa yg ingin saya bukti ialah, terdapat pro dan kon berhubung pengharaman FaceBook, begitu juga dengan isu wahabi dan ibn taimiyyah..tidak semua ulama menghukum ibn timiyyah dan wahabi itu sesat..jadi mengapa tuan menafikannya? ini adalah khilafiah...mengapa mesti disogokkan kepada rakyat malaysia kononnya ibn taimiyyah dan wahabi itu sesat..sedang tidak semua ulama berfatwa sedemikian..sama halnya dengan isu facebook ini...ARE WE CLEAR BROTHER???
azlishukri said…
Md - setujukah saudara jika Fatwa atau hasil ijtihad al-Azhar yang mendakwa bahawa tauhid 3 serangkai adalah sesat..maka hampir separuh rakyat di negara kita ini telah menjadi kafir...termasuk seluruh pelajar dari arab saudi yang baru pulang ke Malaysia..dan diikuti dengan para pelajar tingkatan 4 dan 5 yang sejak 15 tahun dahulu mempelajari tauhid ini di dalam buku teks pengajian Islam...sanggup tuan menjadi salah seorang tenaga pengajarnya untuk pihak kerajaan mengadakan semula bengkel pemurnian akidah kepada mereka ini seperti mana yang dilakukan terhadap para pengikut al-Arqam...? Are U Cleat Brother?
HomeBiss said…
Muhammad Azli Shukri,

There are no pros and cons. It is how we use Facebook or any other social networks that determines the outcome. If we use social networks to spread or do mischief, then you should know the answer. :)

I noticed that you have a very strong defense of Wahhabiyyah. If you have good reasons to do so, feel free to push forward your thoughts, your discoveries to Al-Azhar and of course our Religious Authorities (especially JAKIM).

I don't know you but I'm in the opinion that we are in no position to discuss Wahhabiyyah. Like I what I have said earlier; if you have something, forward it to the proper authorities that have seen it all. Let them take a look at your reasons, your discoveries and they should be able to solve this once and for all. Ranting about it here on your blog won't solve anything.

Are you okay with that, brother?
azlishukri said…
Homebass - Sehingga sekarang kerajaan Malaysia tidak pernah mengeluarkan fatwa rasmi bahawa Wahabi terkeluar daripada Islam, oleh itu lebih baik jika kita berhati-hati, sebelum kita menyokong mana-mana kenyataan. Saya tidak menyokong membuta-tuli apa-apa sahaja yang difatwakan oleh ulama Wahabi..ada yang ekstrem..namun begitu, untuk menghukum mereka sesat..adalah perbuatan yang keterlaluan.
HomeBiss said…
Muhammad Azli Shukri,

Yes, our National Fatwa Council has yet to issue any Fatwas on Wahhabiyyah but we can't totally ignore Fatwas (opinions) made by scholars outside of Malaysia.

We need to be aware, we have to be aware. Being aware doesn't mean that we have subscribed totally to those opinions. We still have to wait for our National Fatwa Council's opinions and I think they're going to address this matter soon since some of our own scholars are screaming for it. :)
azmilahud said…
ak kurang paham , insyallah ak akan cuba faha, sbb ilmu agama ku cetek :(
Ezo said…
Assalamualaikum,

Saudara Azli Syukri,

Sebagai GRADUAN AL AZHAR,saya menolak dakwaan saudara yang mengatakan bahawa AL AZHAR mengisytiharkan Ibnu Taimiyyah dan Wahabi sesat....

sila berikan satu bukti yang jelas dan dari sumber yang sahih bahawa AL AZHAR berfatwa demikian...

Dalam isu pengharaman FACEBOOK pula,AL AZHAR tidak pernah mengeluarkan FATWA sedemikian.

Saya masih di Mesir dalam pengajian syariah di Universiti kaherah.

Saya harap saudara dapat jelaskan permintaan saya.

Suka saya nyatakan bahawa AL AZHAR membawa pendekatan WASATIAH atau sederhana dalam semua aspek.
Anonymous said…
saya setuju.. saya pun graduan azhar.. sila penulis blog ini nyatakan sumber diambil untuk kami membuat rujukan yang tepat..

Pilihan Pembaca

Penulis dua dari kanan bersama dengan Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin Pada 10 September yang lalu, Sidang Editor Bahagian Majalah berkesempatan berbuka puasa bersama Menteri Pengajian Tinggi, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin di Sime Darby Convention Center. Terima kasih atas Jemputan tersebut. Jazakumullahu Khairan Kasiran. * Dari kiri Ros, Suria Janib (Penolong Editor Dewan Masyarakat ), A. Zaidel (Penolong Editor Dewan Masyarakat ), Datuk Seri Khaled Nordin, Muhammad Azli Shukri (Editor Dewan Ekonomi) , dan Armin Azhari (Editor Pelita Bahasa ).
Nasihat Pemimpin Patuhi Etika Islam Oleh Muhammad Azli Shukri (Artikel saya ini telah disiarkan di dalam Utusan Malaysia pada 18/09/2003) Dalam Islam, pemimpin atau pemerintah yang telah dilantik haruslah diikuti perintahnya, selagi perintah tersebut tidak bercanggah dengan suruhan wahyu dan perintah Rasul, seperti mana firman Allah di dalam surah an-Nisa ayat 59, "Wahai orang-orang yang beriman! patuhilah olehmu perintah Allah dan patuhilah olehmu perintah Rasul dan ulil amri di antara kamu." Oleh kerana para pemimpin atau pemerintah merupakan manusia biasa dan tidak terlepas daripada melakukan dosa dan maksiat, maka mereka juga wajib diberi nasihat oleh rakyat yang sedang di pimpinnya, bersesuaian dengan roh Islam itu sendiri yang berteraskan kepada amar makruf nahi mungkar, sebagaimana firman Allah, "Kamu adalah umat yang terbaik yang telah dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah daripada yang mungkar, dan beriman kepada Allah.'' (
MONOLOG AZLI SHUKRI Bab 10 : Muhammad Azli Shukri Lagi! Saya agak sukar untuk menulis Monolog ke-10 saya pada kali ini. Saya merasakan inilah monolog yang sangat susah untuk saya meluahkannya. Saya tidak tahu, bagaimanakah harus saya sampaikan monolog saya pada kali ini? Apakah saya harus menulis atas prinsip saya sebagai seorang wartawan? Atau sebagai seorang ahli politik? Atau sebagai seorang penulis bebas? Atau sebagai seorang editor? Semua ini menyukarkan saya untuk menulis monolog saya yang terakhir pada bulan ini. Saya merasakan bahawa saya harus berterus terang dengan jujur dan amanah, tanpa rasa takut dan kesal, kerana kebenaran dan jihad harus ditegakkan dengan segala kekuatan yang ada. Yang pasti, kebenaran tidak boleh disembunyikan lagi. Dan Sesungguh, untuk menjadikan kejahatan bermaharajalela, cukuplah sekadar kebenaran mendiamkan diri! Saya tidak berupaya membiarkan itu semua berlaku. Dan untuk kali ini saya harus bercakap benar dengan nada yang berterus terang. A